Selasa, 14 Juni 2011

Proposal Pembibitan Sapi Potong


BAB  I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang.

Kebutuhan masyarakat akan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani, khususnya di Jawa Barat sangat besar, baik untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, kebutuhan ibadah qurban maupun untuk dibudidayakan lebih lanjut. Sekitar 60 % kebutuhan sapi potong di Jawa Barat masih dipenuhi dari wilayah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan bahkan dari Australia. Keterbatasan populasi ternak sapi potong merupakan salah satu penyebab utama kurangnya pasokan daging sapi dan ternak sapi potong hidup.

Menurut Kepala Dirjen Peternakan pada saat sosialisasi program SMD di kampus peternakan UNPAD Jatinangor menyatakan, bahwa „ Saat ini Indonesia mengimpor daging sapi beku tidak kurang dari 50.000 ton/tahun dan ternak sapi potong hidup sebanyak 600.000 ekor/tahun“. Dapat dibayangkan berapa rupiah dana alokasi APBN yang terkuras dari salah satu aspek saja yakni pengadaan daging sapi beku dan ternak sapi potong hidup.

Terlepas dari keterbatasan kontribusi tersebut, potensi wilayah Jawa Barat sangat mendukung bagi dikembangkannya kawasan produksi peternakan. Dikaitkan dengan undang-undang nomor 22 tahun 1999, sudah barang tentu pengolahan potensi sumber daya lokal yang ada harus diberdayakan seoptimal mungkin, sehingga pada gilirannya sektor pertanian khususnya sub sektor peternakan turut memegang andil dalam perolehan pendapatan wilayah.

Perlu kita sadari, bahwa kendala utama dalam pengembangan subsektor peternakan, khususnya peternakan rakyat (sapi potong) adalah keterbatasan sumberdaya manusia dan informasi teknologi terkini dalam upaya pengembangan peternakan, serta minimnya permodalan guna memperoleh kelayakan dalam pengembangan usaha ini. Dengan adanya program Sarjana Membangun Desa (SMD) diupayakan dapat membantu para petani peternak untuk membantu mengatasi permasalahan di pedesaan terutama dalam hal manajerial/kelembagaan.

1.2  Masalah
Kendala yang sering muncul dalam usaha peternakan sapi potong berbasis kerakyatan ini meliputi :
1.    Masih rendahnya kemampuan sumberdaya manusia sebagai akibat dari kurangnya pembinaan dari pihak-pihak terkait yang diperparah oleh minimnya informasi yang diperoleh terutama dalam teknologi inovasi dan aplikatif, sehingga petani hanya mengadopsi teknologi dari pengalaman sebelumnya.
2.    Terbatasnya permodalan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan skala usaha dari usaha sambilan menjadi usaha pokok. Karena disamping nilai seekor sapi cukup mahal, juga kemampuan reproduksinya rendah, sehingga butuh waktu yang lama untuk menghasilkan.
3.    Pertambahan bobot badan yang rendah, panjangnya selang beranak mengakibatkan usaha ini menjadi tidak layak bagi peternakan rakyat.
4.    Kurangnya sumber informasi yang masuk ke desa binaan mengenai sistem usaha peternakan khususnya dan pertanian umumnya, sehingga pengetahuan peternak masih rendah dan sulit dikembangkan menjadi usaha primer.

Kendala diatas perlu kita antisipasi sedini mungkin sebelum bertambah parah dengan memberikan inovasi-inovasi yang bersifat informasi dan aplikasi terhadap pengembangan usaha peternakan rakyat. Penerapan teknologi terkini dalam pengelolaan usaha peternakan sangat dibutuhkan bagi masyarakat desa khususnya petani peternak.

Disamping kendala yang ada di masyarakat desa, bukan berarti tidak memiliki potensi apa-apa, tetapi kondisi wilayah yang menunjang serta mayoritas masyarakat desa bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Desa Margaasih merupakan sentra produksi tanaman pangan yang berpotensi besar terhadap ketersediaan pakan ternak. Perlu kita sadari, bahwa kunci dari semua yang berkaitan dengan aspek pengembangan usahatani adalah keseimbangan  bidang pertanian dan bidang peternakan. Karena dari situlah akan dikembangkan beberapa inovasi yang dapat menunjang keseimbangan bidang pertanian dan peternakan.

1.3 Tujuan.

Maksud dan tujuan pembuatan proposal ini  meliputi :
1.    Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam usaha.
2.    Mengubah pola pikir dan pola tindak masyarakat desa.
3.    Membantu program pemerintah dalam upaya Swasembada Daging 2014.
4.    Memperbanyak populasi dan produksi sapi potong dalam upaya mengurangi kebutuhan akan daging dan ternak sapi potong import.
5.    Meningkatkan pendapatan yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
6.    Membangun suatu sistem perekonomian ataupun jaringan pasar serta meningkatkan daya saing produk.

1.4  Kegunaan
  
1.  Dapat terciptanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar lokasi.
2.  Berkurangnya ketergantungan masyarakat desa terhadap penggunaan pupuk kimia, minyak tanah dan pakan ternak buatan pabrik.
3.  Dapat mengembangkan sifat gotong royong dan saling bantu dalam masyarakat.










BAB   II
PROFIL CALON SMD DAN KELOMPOK BINAAN

2.1     Profil Calon SMD

Calon SMD merupakan pribadi yang berkarakter kuat, mudah bersosialisasi, memiliki empati, dan kedalaman pemikiran untuk senantiasa menjadikan jiwa, raga, dan hartanya bermanfaat untuk sesama secara proporsional dan realistis.  Spirit yang diyakini calon SMD tidak lain untuk menjadikan dirinya layak disebut sebagai hamba Alloh SWT yang akan sanggup memikul amanah dalam fungsi dan peran apapun yang diembannya.

Prinsip keseimbangan selalu menjadi dasar acuan dalam berpikir dan bertindak sehingga kontrol diri secara alamiah akan terbentuk dari respon lingkungan dimana calon SMD berada. Hal tersebut menjadikan calon SMD sewaktu sekolah tingkat SD terpilih sebagai       
KM Kelas, SMP sebagai ketua OSIS, SMA sebagai Kabid Kerohanian, dan di Perguruan tinggi aktif di DKM, baik Fakultas maupun Universitas.

Prinsip profesional dalam bekerja membentuk calon SMD merupakan pekerja team antara lain sebagai manajer pemeliharaan pada Peternakan Ayam Broiler Ciparay Farm; Manager Marketing CV Agrodipratama, supplier dan perdagangan produk pertanian; Kabag Produksi CV Tuguland, perusahaan percetakan; Supervisor Marketing Kredit, PT. BPR Karyajatnika sadaya, perbankan; Pembina kelompoktani Girimukti, Batujajar; Penyuluh Swadaya bidang Peternakan; Manajer Pemeliharaan pada Bursa Hewan Qurban Bandung, Bogor,Jakarta; THL-TBPP Deptan RI untuk Kabupaten Bandung.
  
Motto Calon SMD: ”Aktif, kreatif, inovatif menuju produktif”

          Calon SMD sangat yakin dengan motto tersebut di atas.
         
          Harapan Calon SMD
-      Dalam waktu selambat-lambatnya 4 (empat) tahun seluruh modal awal sudah kembali berupa perguliran, sehingga kelompok petani peternak yang mendapatkan bantuan semakin bertambah sehingga secara otomatis populasi ternak sapi bertambah juga.
-      Setelah populasi ternak sapi meningkat sesuai harapan, dalam waktu yang cukup lama yaitu selambat-lambatnya 5 (lima) tahun kedepan saya sudah bisa memberdayakan mayoritas pengangguran di Desa Margaasih khususnya termasuk ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai banyak waktu luang dan memiliki semangat usaha tinggi, melalui pengembangan produk-produk olahan daging sapi berupa dendeng dan abon.
-      Melalui Program SMD ini selain keberhasilan para peternak juga harus menghantarkan saya menjadi seorang peternak unggulan yang berprestasi, sehingga dunia peternakan ini merupakan pelabuhan terakhir saya dalam mengasah keahlian dan keterampilan dalam hidup, baik dari sisi memperdalam keilmuan ataupun dari sisi dunia usaha.









2.2     Profil Kelompok Binaan
Kelompok binaan terbentuk atas dasar keinginan sendiri setelah terasa pentingnya berkelompok, dimana setiap anggota kelompok mengemukakan permasalahan pribadi yang yang tak kunjung bisa diatasi secara individu. Para anggota sudah terbiasa berbagi sebelum keberadaan mereka dilembagakan sebagai kelompoktani.
Kelompoktani binaan bekerja sama dengan aparat desa untuk pengelolaan lahan carik desa dengan penanaman rumput (HMT) seluas 6 ha secara swadaya. Kelompoktani ini sudah lama terbentuk sehingga memiliki tingkat solidaritas dan rasa tanggungjawab yang besar dalam mengusahakan terwujudnya kemandirian ekonomi kelompok. Atas dasar inilah penyuluh mengusulkan bantuan ternak kepada pihak pemerintah melalui instansi terkait, sebagai tindak lanjut atas ketersediaan pakan yang melimpah, yang bagi penyuluh ini merupakan prestasi kelompoktani dalam mengambil langkah-langkah menuju pencapaian P2SDS 2014.

Lokasi Kegiatan                             : Desa Margaasih, Kec. Cicalengka, Kabupaten Bandung,
                                      :          Jawa Barat.
Nama Kelompok Peternak      : Gapoktan Margaasih
Jumlah Anggota                   : 12 orang
Struktur Organisasi               :

No
Nama
Jabatan
Alamat
1.
Mauludin, S.Pt.
Manajer
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
2.
Ajang
Ketua
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
3.
Ajat Sudrajat
Sekretaris
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
4.
Danu Wijaya
Bendahara
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
5.
Dadan
Anggota
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
6.
Rahmat
Anggota
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
7.
Dede
Anggota
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
8.
Yusuf
Anggota
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
9.
Anwar
Anggota
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
10.
Arif
Anggota
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
11.
Jahidin
Anggota
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3
12.
Noki
Anggota
Desa Margaasih Rt 10 Rw 3





BAB  IV
PROGRAM KERJA


        Visi dan misi

Visi
 Membantu pemerintah dalam upaya peningkatan ketersediaan pangan menuju tercapainya P2SDS 2014 melalui penerapan sapta usahaternak dalam rangka meningkatkan produktivitas peternakan rakyat.

Misi
-      menambah pengetahuan petani tentang sapta usahaternak
-      mengubah sikap petani dari usahatani tanpa ternak menjadi usahatani dengan ternak
-      meningkatkan keterampilan petani dalam penerapan sapta usahaternak
-      meningkatkan pendapatan petani yang berdampak  pada peningkatan kesejahteraan keluarga petani.
  
    4.2  Strategi


          4.2.1  Breeding Farm (Pembibitan) Sapi Potong.

           Pembibitan sapi potong merupakan upaya peningkatan populasi ternak. Fase pembibitan disebut juga sebagai fase pembesaran yang dihitung sejak terjadinya kebuntingan sampai pedet lepas sapih (12 bulan). Induk sapi yang difungsikan berumur 18 bulan dengan bobot 250 kg. Induk sapi akan dipelihara selama bisa bereproduksi dengan baik yang pengawinannya melalui Inseminasi Buatan ( IB ) yang semennya diperoleh dari BIB Lembang. Jenis sapi potong yang akan dikembangkan adalah jenis sapi lokal yakni peranakan ongole (PO), tetapi mengingat lokasi kegiatan sekitar ± 700 meter dpl, maka tidak menutup kemungkinan jenis sapi potong yang dipelihara jenis Simmental, Limousin dan Brahman Cross.

          4.2.2  Feedlot Farm (Penggemukan) Sapi Potong

          Sapi bakalan yang akan digemukkan adalah pedet yang berusia 3 bulan (lepas sapih), sebagai tahap lanjut dari pembesaran.  Fase penggemukan ini berlangsung sampai usia ternak satu tahun (9 bulan pemeliharaan). Pada fase ini peningkatan bobot badan relatif sangat cepat, sehingga efisiensi pakan bisa dicapai sesuai harapan. Pakan yang diberikan pada tahap ini berupa susu ditambah konsentrat (2 bulan pertama) dengan secukupnya hijauan, dan konsentrat dengan dengan hijauan pada tujuh bulan berikutnya yang diberikan secara bertahap ditingkatkan.

4.2.3  Sistem Pemeliharaan dan Jangka Waktu.

           Sapi bakalan akan dipelihara selama 9 bulan tergantung percepatan pertambahan bobot hidup sapi yang dikehendaki dan disesuaikan dengan moment penjualan ternak, sedangkan sapi induk dipelihara sepanjang masih dapat bereproduksi dan produktif. Pedet yang dihasilkan akan dijual pada anggota kelompok unit penggemukan setelah lepas sapih dengan umur sekitar 4 - 6 bulan. Sistem pemeliharaan dilakukan dengan cara kereman, dimana sapi dipelihara dalam kandang, diberi pakan hijauan dan konsentrat setiap hari. Melalui cara ini waktu pemeliharaan diharapkan akan lebih singkat yakni sekitar 4 – 6 bulan. Pertambahan bobot hidup yang diharapkan mencapai sekitar 1,2 – 1,4 kg/hari/ekor, sehingga dalam setahun bisa melakukan penjualan sapi potong sebanyak 2 -3 kali.

           Baik sapi bakalan maupun induk diberi pakan hijauan dan konsentrat, akan tetapi secara bertahap dilakukan teknologi pengolahan pakan ternak sendiri agar dapat mengurangi penggunaan pakan ternak asal pabrik/konsentrat. Hal  ini dilakukan untuk mengefisienkan biaya pakan ternak, memanfaatkan sumber-sumber bahan pakan yang ada disekitar lokasi kandang serta mengantisipasi kekurangan hijauan pada saat musim kemarau panjang, sehingga ketersediaan pakan ternak tidak terganggu dan tidak mempengaruhi kondisi ternak yang dipelihara.

4.2.4  Sistem Manajemen Pengelolaan dan Kemitraan.

           Kelompok peternak sudah terbentuk yang beranggotakan 12 orang. Setiap anggota kelompok rata-rata memelihara 1 ekor induk sapi dan 3 ekor sapi bakalan. Sistem pengelolaan ternak sapi potong dibagi menjadi dua yaitu  pertama, unit pembibitan sapi potong yang dikelola didalam kandang pen/individu sebanyak 11 ekor dan kedua, unit penggemukan sapi yang semuanya dikelola oleh 12 orang dengan jumlah sapi bakalan sebanyak 33 ekor.

           Dalam pelaksanaannya anggota kelompok dapat memelihara ternak ikan lele dan cacing untuk penyempurnaan pengomposan sebagai upaya pemanfaatan limbah ternak untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya yang ada agar efektifitas dan efisiensi penggunaan biaya dapat tercapai sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

         4.2.5 Teknis Pengelolaan Limbah Ternak.

          Limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan sapi potong bila dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah-masalah lingkungan serta mengakibatkan ternak yang dipelihara dan peternaknya mudah terkena penyakit. Untuk itu, perlu upaya pengelolaan limbah ternak sapi melalui teknologi daur limbah yang meniru sistem daur di alam, sehingga merubah fungsi dari limbah menjadi bahan baku baik sebagai sumber energi (bioarang), sebagai sumber pakan, maupun sebagai sumber pupuk organik.

          Bidang pertanian, peternakan dan perikanan merupakan bidang-bidang yang saling terkait satu sama lainnya, sehingga bila pengelolaannya dilakukan secara benar, maka akan terjadi saling ketergantungan dan saling menguntungkan atau dapat kita sebut sebagai siklus energi atau siklus ekologi. Penerapan sistem seperti ini selalu memperhatikan aspek-aspek lingkungan sekitarnya, sehingga bersifat ramah lingkungan.

         4.2.6 Aspek Pengolahan Pakan Ternak.

           Setiap limbah yang dihasilkan baik dari pertanian maupun peternakan dapat dimanfaatkan kembali sebagai pakan. Limbah pertanian masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak baik langsung maupun dengan diolah terlebih dahulu. Sistem pengolahan adalah melalui teknik fermentasi, sehingga kualitas hijauan menjadi lebih tinggi dan cenderung lebih awet meski disimpan dalam jangka waktu lama.

           Limbah ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk setelah mengalami proses metabolisme pencernaan hewan, oleh karena itu teknik pembuatan kompos, fermentasi serta budidaya cacing tanah merupakan hal yang mutlak diperlukan. Sistem pengelolaan seperti ini merupakan mekanisme daur makanan seperti contoh : limbah pertanian dimakan sapi yang menghasilkan daging dan limbah, limbah sapi dimakan cacing yang menghasilkan anakan dan limbah, limbah cacing dimakan tanaman yang menghasilkan buah, daun, batang, umbi dan akar, serta bunga yang dapat dimakan oleh manusia. Kemudian akan kembali lagi dan terus berputar membentuk siklus daur makanan. Dengan penerapan sistem pengelolaan limbah seperti ini, diharapkan mampu mengatasi masalah limbah atau bahkan terbentuk jenis usaha baru yang merupakan kepanjangan dari usaha ternak sapi potong.

          4.2.7  Aspek Pemasaran.

           Rencana sistem pemasaran akan dilakukan bertahap yaitu tahapan awal hingga 2 kali penjualan dalam satu tahun. Kemudian diupayakan pemasaran ternak mencapai 3 kali penjualan dalam satu tahun. Namun, pada prakteknya penjualan insidental pun dimungkinkan bila ada pembeli dan ada ternak yang sudah siap dijual. Salah satu moment penjualan yang paling penting adalah pada saat menjelang Hari Raya Iedul Adha, karena sistem penjualannya bukan hanya bobot hidup saja, akan tetapi termasuk performan ternak turut mempengaruhi nilai jual ternak itu sendiri. Selain itu, dilakukan kerjasama dengan beberapa Rumah Potong Hewan ataupun bandar baik perorangan maupun skala perusahaan besar.

           Pemasaran pedet atau bakalan hasil dari pembibitan sapi potong akan dibeli oleh anggota kelompok hingga terpenuhi kebutuhan sapi bakalan bagi unit penggemukan. Bila sudah tercukupi, maka akan dijual keluar pada perusahaan atau perseorangan yang memiliki usaha penggemukan sapi potong.


BAB  III
POTENSI


3.1  Gambaran Umum Wilayah.

Desa Margaasih merupakan desa kecil yang terletak di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Letak desa berada pada ketinggian ± 700 m dpl dengan suhu udara berkisar antara  23o – 34o C. Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran dan ada sebagian kecil yang berbukit, sehingga kondisi topografi tersebut sangat cocok sebagai sentra pertanian.

Pada musim penghujan kondisi mata air dan sungai cukup melimpah, sedangkan pada musim kemarau, ketersediaan air masih cukup, dalam arti bahwa pada musim kemarau ketersediaan air tidak hilang, tetapi ketersediaannya sedikit dan bukannya tidak mengalir sama sekali/hilang. Kondisi masyarakatnya cenderung bermata pencaharian dalam bidang pertanian. Ada yang mengolah tanah pertaniannya sendiri, ada yang bekerja sebagai buruh tani dan ada juga yang menjadi petani penggarap.

Mengingat Desa Margaasih merupakan sentra produksi pertanian, maka peluang dikembangkannya peternakan sapi potong di desa tersebut merupakan hal yang tepat dilakukan, karena limbah yang dihasilkan oleh ternak merupakan bahan baku pembuatan pupuk organik. Hanya tinggal bagaimana pengolahan limbah tersebut menjadi pupuk organik yang berkualitas.

3.2  Faktor Pendukung Keberhasilan Usaha

          3.2.1  Keahlian Peternak
          Kebiasaan memelihara ternak sapi yang sudah berjalan bertahun-tahun merupakan modal yang cukup penting dalam keberhasilan usaha. Ditambah lagi dari tuntutan kebutuhan keluarga yang menggerakkan  mereka untuk selalu semangat dalam memelihara ternak sapi.

3.2.2    Kondisi Alam
Disamping menanam padi masyarakat juga terbiasa menanam jagung, singkong dan ubi, sehingga jumlah pasokan untuk pakan ternak cukup melimpah. Banyaknya masyarakat yang bertani juga mendukung kepada pengadaan HMT, yaitu dengan menanam rumput gajah di pematang-pematang sawah.
         
          3.2.3  Pembinaan
                    Tim manajemen SMD berfungsi sebagai fasilitator bagi kelompok peternak agar kelompok tersebut menjadi wadah yang mampu mewujudkan partisipasi anggotanya dan meningkatkan produktivitas, efektifitas dan efisiensi dalam usaha produksi ternak sapi potong serta sistem manajerial/kelembagaannya. Wadah tersebut terdiri dari koordinator kelompok peternak dan anggota kelompok.



                     Tim manajemen SMD akan menetapkan pertemuan yang bersifat berkala antar anggota kelompok peternak serta menyelenggarakan training dan pelatihan bagi penerapan teknologi/inovasi baru dalam pengelolaan usaha ternak sapi potong. Dalam setiap pertemuan akan dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis di lapangan, manajemen usaha peternakan, pemasaran produk yang dihasilkan dan lain-lain.

                     Kebersamaan dan keutuhan anggota kelompok perlu dijaga dan terus dibina agar dalam usaha ini tidak terlalu difokuskan  pada salah satu aspek saja. Pola pendampingan yang dilakukan tim manajemen SMD adalah dengan mengadakan pembinaan teknis pemeliharaan, pembinaan mental dan spiritual serta menjaring informasi mengenai inovasi-inovasi apa saja yang berkaitan dengan usaha peternakan sapi potong itu sendiri. Diharapkan pembinaan ini diikuti oleh seluruh anggota kelompok dan diselenggarakan minimal satu kali dalam setiap minggunya.
       
3.2.4    Kepedulian Lingkungan terhadap Usaha Ternak Sapi
Dalam kesehariannya masyarakat tetangga peternak pada umumnya biasa menawarkan pematang sawah atau kebun mereka untuk ditanami rumput pakan ternak. Biasa juga menawarkan limbah pertaniannya berupa jerami, daun jagung, daun ubi jalar dengan memberi kabar terlebih dahulu kapan mereka panen.
         
3.2.5    Jalur Pemasaran yang Lancar dan Adanya  Kemitraan
Selain adanya pasar hewan yang cukup dekat dan ada hampir setiap hari juga adanya perusahaan-perusahaan peternakan besar yang banyak membutuhkan pasokan ternak sapi.
                  



                    


BAB  V
RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN ANALISA USAHA


5.1   Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Kebutuhan biaya untuk merintis dan mengembangkan berbagai usaha membutuhkan dana yang cukup besar. Dana yang kami butuhkan adalah  Rp. 325.000.000,- (tiga ratus dua puluh lima  juta rupiah). Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel  1.  Rencana Anggaran Biaya

No
Deskripsi
Jumlah
Unit
Jumlah Biaya
(Rupiah)
Sarana Produksi
1.
Induk sapi @ Rp. 10.500.000,-
11 ekor
115.500.000,-
2.
Sapi bakalan @ Rp. 5.000.000,-
33 ekor
165.000.000,-
3.
Penyempurnaan Kandang
2 unit
6.000.000,-
4.
Obat-obatan dan supplemen
1 paket
1.000.000,-
5.
Konsentrat
6 bulan
6.000.000,-
6.
Pengadaan benih ikan

1.500.000,-
7.
Sarana dan prasarana

7.500.000,-
8.
IB

1.200.000,-
9.
Listrik

300.000,-
Kelembagaan dan Pemasaran
8.
Biaya Pemasaran

1.500.000,-
9.
Pengembangan Kelembagaan
1 paket
1.000.000,-
10.
Honor SMD  @ 1.500.000,-
1 Tahun
18.000.000,-
Laporan dan Evaluasi
11.
ATK dan Fotocopy
1 paket
500.000,-
Jumlah
325.000.000,-






BAB  VI
PENUTUP



Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa diperlukan bimbingan dan pengarahan serta yang terpenting adalah peran aktif dari masyarakat berupa partisipasi mereka dalam setiap usaha. Terutama usaha yang  dapat meningkatkan keterampilan masyarakat itu sendiri sehingga dapat hidup mandiri tanpa bergantung kepada orang lain.